Part III, Akhir dari kisah ini. Penasaran Tomodachingu? Check it out
-----------------------START-----------------------
"Diki kamu ga kenapa-kenapa?" Ibu Gembong yang terluka cukup parah menarik narik Gembong khawatir dia terluka.
"Ines, bangun. Bangun, nak." Bu Warto memeluk Ines erat yang sedang tak sadar kan diri. Ibu Gembong segera menelfon polisi dan ambulan. Ternyata mobil yang menabraknya kabur tanpa rasa tanggung jawab.
"Ibu bagaimana ini bu? Mas Diki sadar bu?" Bu Warto sangat cemas dengan keadaan ini. Dia baru pernah mengalami kecelakaan kali ini dan mungkin baru pernah naik mobil kali ini.
"Ibu bagaimana ini Bu? Bu? Ibu?"
"PLAKK!!"
"Rasain lu, brisik aje." Karena Ibu Gembong risih dengan Bu Warto, dia memukulnya dengan stir mobil yang lepas.
"Ada untungnya juga nih stir selain buat kendali mobil bisa juga ngendaliin emak emak rewel."
Tak lama kemudian polisi dan ambulan datang. Mereka dibawa ke Rumah Sakit bersalin sedangkan polisi mengejar mobil yang kabur.
"Loh pak pak! Sinting ya ini kan rumah sakit bersalin!! Kaga sekalian apa dibawa ke rumah sakit jiwa?"
"Eh maaf bu, saya kira anak ibu itu hamil hehe."
"Homal hamil mbahmu kuwi manak maning. Cepet bawa ke rumah sakit umum."
"hehe iya bu."
"Woo supir gendeng."
"Ah ibu, aah aaah aah."
"PLAKK!"
Dipukulah sopir itu dengan alat infus.
"Dasar supir mesum, sinih biar gue aja yang nyetir."
1 jam kemudian
"Aduh ini dimana sih? Perasaan rumah sakit umum disekitar sini deh. Ko ketemunya rumah sakit jiwa mulu ya. Kualat nih gue."
"PLAK!!"
"Kurang ajar nih emak emak tadi mukul gue pake stir." Bu Warto tersadar dari pingsannya dan Ibu Gembong pingsan.
"Aduh sekarang gimana?! kan gue ga bisa nyetir." Saking paniknya, Ines dan Gembong dibawa keluar.
"Loh itu rumah sakit. Ayo Diki Ines, Ibu akan membawa kalian."
Dibawanya Ines dan Diki ke rumah sakit tersebut.
"Ibu itu kenapa? Mari biar saya bawa ke UGD."
"Iya suster segera ya."
Ines dan Diki dibawa ke UGD sedangkan Bu Warto dirawat luka ringannya.
Sementara itu...
"Asemm kiye Warto, main gebug gue aja. Mana ini sopir ga sadar sadar maning hih." Keluarlah Ibu Gembong dan dia melihat Innes Diki dan Bu warto sudah tak ada.
"Loh pada kemana nih? Pasti masuk ke RSJ itu. Njirr gila ya Bu Warto."
Segera masuklah Ibu Gembong ke rumah sakit.
"Ines Diki aku akan menyelamatkan kalian. Hiyatt."
Di UGD...
"Hah aku dimana ini mba suster?"
"Di UGD mas." Suster menanggapi Diki yang terlihat sangat kebingungan.
"He ini pasien madan ga waras apa ya? Udah tau aku suster ya jelas di rumah sakit. Masa suster di Sarkem. Emang gila ya." Suster itu bisik bisik ke temannya.
"Sus, saya bisa dengar. Saya ga budeg cuma agak bego doang."
"Eh maaf mas."
"Mama mama mama."
"Ines, kamu juga di UGD." Gembong bangun dari tempat tidurnya kemudian membopong Ines keluar UGD.
"Loh mas mas, ko udah bisa gerak? Lah diem lah ini disuruh mbopong Ines sama pengarang ceritanya."
Keluarlah Gembong bersama Ines.
"Mas Diki!! Ines!!" Teriak Bu Warto.
"Loh mamahku mana tante?"
"Oh dia lagi beli minum kayaknya. Sinih mas biar ibu aja yang mbopong Ines."
Ines diserahkan pada Bu warto.
Di Korider menuju ruang UGD..
"Eh ada dompet nih.. hihihi." Ibu gembong menemukan sebuah dompet pink dengan gambar sinchan.
"Aku lihat ah isinya." Dibukanya dompet tersebut
"Ih duitnya sedikit. Ga level banget deh cuih. Siapa sih yang punya ini?"
Ibu Gembong mencari cari kartu identitas pemilik dompet tersebut. "Loh ko ada fotonya Diki pas kecil, pas balita juga ada, pas SD, pas SMP, pas SMA!! Ko yang pas TK ga ada ya? Oiya kan aku ga mampu nyekolahin dia pas TK hehe. Punya siapa sebenarnya dompet ini?"
"Loh!! ko ada foto ini? foto keramat!! foto Bu Warto ini kan? waaa~ Kenapa dia punya foto anak saya? terus ga bayar royalty pula, padahal kan bisa dapet uang banyak!!! Aku harus tanya nih ke Bu Warto. Harus Harus Harus!!"
Kemudia sampailah Ibu Gembong ke depan ruang UGD.
"Mamah!" teriak Gembong
"Nanti dulu Diki! Mamah mau tanya sama Bu Warto."
"Bu Warto! Saya mau tanya!"
"Ada apa Bu Eli?!"
"Kenapa dompet anda isinya sedikit? Coba kalau banyak! Sudah saya ambil itu dompet."
"Jadi dompet saya sama ibu?!"
"Tidak, saya menemukannya. Saya mau tanya lagi! Kenap foto ktp ibu norak dan alay?"
"Gila lu ya. Gue kan anak gaul berat. Gilllllaa ah."
"Saya tanya lagi."
"Apaan sih? Kaya Narasumber aja pake tanya tanya."
"Kaya pewawancara kali bu." sela Gembong
"Diam Diki. Mamah mau tanya sama itu orang! Bu warto! Kenapa anda punya foto anak saya di dompet anda?"
"I.. Itu.. Itu karena saya ngefans sama dia."
"Jangan bohong bu!"
"Sesungguhnya.. sesungguhnya Diki anak saya Bu!"
"APA!? Jangan ngaku ngaku kamu!"
"Mah aku pingsang dulu ya!"
"ya silahkan."
Pingsanlah Gembong.
"Kalau tidak percaya mari kita tes DNA."
Mereka memutuskan untuk tes DNA.
"Gimana kalau Ines sekalian?"
"Ok, bisa aja."
Ines pun terlibat dalam tes DNA.
"Suster, kami mau tes DNA!!!"
"Ya silahkan ke sebelah sini ibu."
"Ayo Bu Warto saya jamin Diki anak saya!"
"Jangan sok ya kamu!"
"Mamah, kamu gapapa? Diki mana?" Datanglah Bapak Gembong.
"Mak, ora ngapa-ngapa? Ines nang ngendi?" Pak Warto juga datang.
"Loh papih, mamah mau tes DNA. Diki juga."
"Bapake, Aku arep tes DNA kiye. Diki mbok anake dhewek ya? Aku arep mbuktikna."
"Iya, Mak! Semangat!"
"Jangan harap kamu ya!" sahut Bapak Gembong.
Satu jam berlalu, hasil tes DNA keluar. Hasilnya...
"Ibu Eli, maaf sekali ternyata survey membuktikan bahwa.."
"Ko survey si dok? emangnya family 100?"
"Eh maaf maksud kami, riset membuktikan bahwa Diki merupakan anak kandung dari Ibu Warto dan demikian pula Ines."
"APA?!" Pingsanlah Ibu Eli karena terkejut.
"Mamah!!" Diki dan Pak Bambang menolong Bu Eli.
"Diam kamu, jangan panggil dia mamah."
"UMMII!!"
"Jangan panggil dia Ummi!"
"IBU!!"
"PLAKK!!"
"Apa yang kamu lakukan pada anak kami, Pak Bambang?!"
"Makan tuh anak kalian. Kami tidak butuh!."
Pulanglah Ibu Eli dan Pak Bambang dengan haru dan kecewa.
"Diki!! Selamat kamu anggota baru keluarga kami."
"Diki!!"
"Mas Diki!"
"Ma'e Pa'e Ines.."
Bersatulah kembali mereka, KELUARGA WARTO!!
Akhirnya Diki sekarang hidup dengan Bu Warto dan Pak Warto serta Ines dan kakaknya. Akhirnya Gembong hidup senang dalam kesederhanaan keluarga Bu Warto.
"Aduh bangkrut aku, saben dina daging entong sekwintal nggo ngempani kiye bocah." quote by Bu Warto
"Awas Warto Family, dendam kami tak akan pudar." quote by Bu Eli.
"Mama mama." quote by Innes.
"Ayolah.. Eh Gembong." quote by Salem
"Muachh." kiss and poke from Gembong "Dada semua!!"
"Ines, bangun. Bangun, nak." Bu Warto memeluk Ines erat yang sedang tak sadar kan diri. Ibu Gembong segera menelfon polisi dan ambulan. Ternyata mobil yang menabraknya kabur tanpa rasa tanggung jawab.
"Ibu bagaimana ini bu? Mas Diki sadar bu?" Bu Warto sangat cemas dengan keadaan ini. Dia baru pernah mengalami kecelakaan kali ini dan mungkin baru pernah naik mobil kali ini.
"Ibu bagaimana ini Bu? Bu? Ibu?"
"PLAKK!!"
"Rasain lu, brisik aje." Karena Ibu Gembong risih dengan Bu Warto, dia memukulnya dengan stir mobil yang lepas.
"Ada untungnya juga nih stir selain buat kendali mobil bisa juga ngendaliin emak emak rewel."
Tak lama kemudian polisi dan ambulan datang. Mereka dibawa ke Rumah Sakit bersalin sedangkan polisi mengejar mobil yang kabur.
"Loh pak pak! Sinting ya ini kan rumah sakit bersalin!! Kaga sekalian apa dibawa ke rumah sakit jiwa?"
"Eh maaf bu, saya kira anak ibu itu hamil hehe."
"Homal hamil mbahmu kuwi manak maning. Cepet bawa ke rumah sakit umum."
"hehe iya bu."
"Woo supir gendeng."
"Ah ibu, aah aaah aah."
"PLAKK!"
Dipukulah sopir itu dengan alat infus.
"Dasar supir mesum, sinih biar gue aja yang nyetir."
1 jam kemudian
"Aduh ini dimana sih? Perasaan rumah sakit umum disekitar sini deh. Ko ketemunya rumah sakit jiwa mulu ya. Kualat nih gue."
"PLAK!!"
"Kurang ajar nih emak emak tadi mukul gue pake stir." Bu Warto tersadar dari pingsannya dan Ibu Gembong pingsan.
"Aduh sekarang gimana?! kan gue ga bisa nyetir." Saking paniknya, Ines dan Gembong dibawa keluar.
"Loh itu rumah sakit. Ayo Diki Ines, Ibu akan membawa kalian."
Dibawanya Ines dan Diki ke rumah sakit tersebut.
"Ibu itu kenapa? Mari biar saya bawa ke UGD."
"Iya suster segera ya."
Ines dan Diki dibawa ke UGD sedangkan Bu Warto dirawat luka ringannya.
Sementara itu...
"Asemm kiye Warto, main gebug gue aja. Mana ini sopir ga sadar sadar maning hih." Keluarlah Ibu Gembong dan dia melihat Innes Diki dan Bu warto sudah tak ada.
"Loh pada kemana nih? Pasti masuk ke RSJ itu. Njirr gila ya Bu Warto."
Segera masuklah Ibu Gembong ke rumah sakit.
"Ines Diki aku akan menyelamatkan kalian. Hiyatt."
Di UGD...
"Hah aku dimana ini mba suster?"
"Di UGD mas." Suster menanggapi Diki yang terlihat sangat kebingungan.
"He ini pasien madan ga waras apa ya? Udah tau aku suster ya jelas di rumah sakit. Masa suster di Sarkem. Emang gila ya." Suster itu bisik bisik ke temannya.
"Sus, saya bisa dengar. Saya ga budeg cuma agak bego doang."
"Eh maaf mas."
"Mama mama mama."
"Ines, kamu juga di UGD." Gembong bangun dari tempat tidurnya kemudian membopong Ines keluar UGD.
"Loh mas mas, ko udah bisa gerak? Lah diem lah ini disuruh mbopong Ines sama pengarang ceritanya."
Keluarlah Gembong bersama Ines.
"Mas Diki!! Ines!!" Teriak Bu Warto.
"Loh mamahku mana tante?"
"Oh dia lagi beli minum kayaknya. Sinih mas biar ibu aja yang mbopong Ines."
Ines diserahkan pada Bu warto.
Di Korider menuju ruang UGD..
"Eh ada dompet nih.. hihihi." Ibu gembong menemukan sebuah dompet pink dengan gambar sinchan.
"Aku lihat ah isinya." Dibukanya dompet tersebut
"Ih duitnya sedikit. Ga level banget deh cuih. Siapa sih yang punya ini?"
Ibu Gembong mencari cari kartu identitas pemilik dompet tersebut. "Loh ko ada fotonya Diki pas kecil, pas balita juga ada, pas SD, pas SMP, pas SMA!! Ko yang pas TK ga ada ya? Oiya kan aku ga mampu nyekolahin dia pas TK hehe. Punya siapa sebenarnya dompet ini?"
"Loh!! ko ada foto ini? foto keramat!! foto Bu Warto ini kan? waaa~ Kenapa dia punya foto anak saya? terus ga bayar royalty pula, padahal kan bisa dapet uang banyak!!! Aku harus tanya nih ke Bu Warto. Harus Harus Harus!!"
Kemudia sampailah Ibu Gembong ke depan ruang UGD.
"Mamah!" teriak Gembong
"Nanti dulu Diki! Mamah mau tanya sama Bu Warto."
"Bu Warto! Saya mau tanya!"
"Ada apa Bu Eli?!"
"Kenapa dompet anda isinya sedikit? Coba kalau banyak! Sudah saya ambil itu dompet."
"Jadi dompet saya sama ibu?!"
"Tidak, saya menemukannya. Saya mau tanya lagi! Kenap foto ktp ibu norak dan alay?"
"Gila lu ya. Gue kan anak gaul berat. Gilllllaa ah."
"Saya tanya lagi."
"Apaan sih? Kaya Narasumber aja pake tanya tanya."
"Kaya pewawancara kali bu." sela Gembong
"Diam Diki. Mamah mau tanya sama itu orang! Bu warto! Kenapa anda punya foto anak saya di dompet anda?"
"I.. Itu.. Itu karena saya ngefans sama dia."
"Jangan bohong bu!"
"Sesungguhnya.. sesungguhnya Diki anak saya Bu!"
"APA!? Jangan ngaku ngaku kamu!"
"Mah aku pingsang dulu ya!"
"ya silahkan."
Pingsanlah Gembong.
"Kalau tidak percaya mari kita tes DNA."
Mereka memutuskan untuk tes DNA.
"Gimana kalau Ines sekalian?"
"Ok, bisa aja."
Ines pun terlibat dalam tes DNA.
"Suster, kami mau tes DNA!!!"
"Ya silahkan ke sebelah sini ibu."
"Ayo Bu Warto saya jamin Diki anak saya!"
"Jangan sok ya kamu!"
"Mamah, kamu gapapa? Diki mana?" Datanglah Bapak Gembong.
"Mak, ora ngapa-ngapa? Ines nang ngendi?" Pak Warto juga datang.
"Loh papih, mamah mau tes DNA. Diki juga."
"Bapake, Aku arep tes DNA kiye. Diki mbok anake dhewek ya? Aku arep mbuktikna."
"Iya, Mak! Semangat!"
"Jangan harap kamu ya!" sahut Bapak Gembong.
Satu jam berlalu, hasil tes DNA keluar. Hasilnya...
"Ibu Eli, maaf sekali ternyata survey membuktikan bahwa.."
"Ko survey si dok? emangnya family 100?"
"Eh maaf maksud kami, riset membuktikan bahwa Diki merupakan anak kandung dari Ibu Warto dan demikian pula Ines."
"APA?!" Pingsanlah Ibu Eli karena terkejut.
"Mamah!!" Diki dan Pak Bambang menolong Bu Eli.
"Diam kamu, jangan panggil dia mamah."
"UMMII!!"
"Jangan panggil dia Ummi!"
"IBU!!"
"PLAKK!!"
"Apa yang kamu lakukan pada anak kami, Pak Bambang?!"
"Makan tuh anak kalian. Kami tidak butuh!."
Pulanglah Ibu Eli dan Pak Bambang dengan haru dan kecewa.
"Diki!! Selamat kamu anggota baru keluarga kami."
"Diki!!"
"Mas Diki!"
"Ma'e Pa'e Ines.."
Bersatulah kembali mereka, KELUARGA WARTO!!
Akhirnya Diki sekarang hidup dengan Bu Warto dan Pak Warto serta Ines dan kakaknya. Akhirnya Gembong hidup senang dalam kesederhanaan keluarga Bu Warto.
"Aduh bangkrut aku, saben dina daging entong sekwintal nggo ngempani kiye bocah." quote by Bu Warto
"Awas Warto Family, dendam kami tak akan pudar." quote by Bu Eli.
"Mama mama." quote by Innes.
"Ayolah.. Eh Gembong." quote by Salem
"Muachh." kiss and poke from Gembong "Dada semua!!"
-----------------------END-----------------------
Akhirnya selesai juga teman cerita Finally I Find You. Maaf jika kurang menarik. Terima kasih atas semuanya. Kalian udah mau baca cerita aneh ini. Oiya cerita baru akan di post hari Sabtu/Jumat ya. Dari hasil voting ternyata yang menang 3 Idiots dan Other. Jadi saya memutuskan tokoh utama ada 3 Idiots dan other akan muncul mewarnai kehidupan 3 Idiots. Bye tomodachingu! keep reading ya
Wkwkwk... paling suka yang "Homal hamil mbahmu kuwi manak maning." :D
BalasHapusPingsan, kok, bilang-bilang dulu... :D
Imajinasimu benar-benaarr... tinggi, Dar.
Kenapa nggak coba nulis buku aja?
wkkk endingnya krg memuaskan ya? perlu dibuat part III versi 2 ga nih? haha
BalasHapusNulis buku terlalu tinggi, coba nulis d blog dlu lah
Ending-nya kurang memuaskan, sih, tapi kalau ku perhatiin fanfic karanganmu, kamu punya modal bagus untuk jadi penulis : KARAKTERMU SELALU "MASUK".
BalasHapusMaksudnya, kamu bisa menciptakan karakter itu benar-benar "hidup", punya ciri khas masing-masing yang ( hebatnya ) bisa kamu paduin jadi satu kayak gado-gado. Susah, lho, buat "nyatuin" antar satu karakter dengan yang lain.
Ceritamu juga lucu-lucu dan "enerjik", tapi jangan terkesan "kelebihan energi", ya... keakehan tanda serune, Dar, jadi yang baca kadang-kadang keningnya ikut berkerut. Kalau merasa nulis buku terlalu tinggi, ya, nggak apa-apa... pelan-pelan aja, kalau mau coba kirim karyamu ke Story, ada rubrik "Cerpen Culun ( Cukup Lumayan )" buat para pemula. Kalau dimuat, Story bakal kasih komentar dan saran-saran yang bermanfaat untuk kemajuan karyamu nanti.
Semangat dan sukses selalu, Dar! :)
Haha oke pap. Thx sarannya. hoho
BalasHapus